Kata Dzikir berasal dari bahasa arab adz-dzikr dari kata dzakara yang artinya 'ingat'.
Kata dzikir mengambil dari mashdarnya dari kata dzikron, kemudian terkenal dengan istilah
dzikir. Mashdar dzikir artinya tempat/sumber pengambilan kata dzikir yang kita
peroleh dan kemudian kita amalkan. Terdapat dua tempat/sumber pengambilan dzikir, yakni:
dzikir yang sumber pengambilannya dari Al-Qur'an atau Assunah disebut Ma'tsur, dan dzikir yang sumber pengambilannya dari para ulama Tasawuf atau Ahli Hikmah
yang tidak ada didalam Al-Qur'an atau Assunah, yang disebut Gairu Ma'tsur.
Pengertian menurut syari'at, dzikir adalah mengingat Allah dengan etika tertentu yang sudah ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadits, dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada-Nya, mensucikan hati dan mengagungkan Allah SWT. Kita diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah untuk selalu mengingat akan kekuasaan dan kebesaran-Nya, sehingga kita dapat terhindar dari penyakit sombong dan takabbur. Dzikir juga berarti setiap ucapan yang dilakukan bagi tujuan memuji dan berdoa. Yaitu lafaz yang digunakan untuk beribadah kepada Allah, berkaitan dengan pengangungan terhadap-Nya dengan menyebut nama-nama atau sifat-sifat-Nya, memuliakan dan mentauhidkan-Nya, bersyukur dan mengangungkan Zat-Nya, membaca kitab-Nya, dan berdoa kepada-Nya. (Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, :21/220)
Sementara arti dzikir menurut konteks bahasa, dapat mengandung beberapa pengertian, mengandung arti "Menceritakan" (QS. Maryam: 56), "Al-Qur'an" (QS. Al-Anbiya: 50), "Shalat" (QS. Al Baqarah: 239), "Wahyu" (QS. Al Qamar: 25) dan sebagainya.
Arti Dzikir sebenarnya adalah suatu cara/media untuk menyebut/mengingat nama Allah, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya mendekatkan diri kepada Allah dinamakan dzikir seperti shalat (QS. Thoha: 14), tetapi lebih spesifik lagi dzikir dibatasi dengan kata mengingat Allah dengan lisan dan hati. Dalil berdzikir (QS. Al Ahzab: 41) dan (QS. Al Baqarah: 152) Dzikir juga dapat bermakna mengingat sesuatu atau menghafalkan sesuatu. Juga dapat dimaksudkan dengan sesuatu yang disebut dengan lidah atau suatu yang baik.
Adz-Dzikr, terkadang juga dimaksudkan sebagai satu keadaan yang terjadi pada diri seseorang yang dengannya ia bisa tenang dan merasa puas untuk menghapal suatu pengetahuan. Istilah dzikir sama halnya dengan menghapal, hanya saja bedanya dalam menghapal mengandung makna menyimpan, sedangkan dzikir mengandung makna mengingat. Dan terkadang dzikir bermakna mendatangkan sesuatu, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Oleh karenanya, dzikir bisa berarti mengingat dari kelupaan, dan dzikir (mengingat) itu tidak hanya disebabkan karena lupa, tapi justru karena ingat maka berdzikir” (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, 21/220 dan Al-Futuuhaat Ar-Rabbaniyyah, 1/18)
Dzikir menurut Imam An Nawawi Al Bantaniyu dalam kitabnya Al-Adzkar, bahwa dzikir itu dapat dilakukan dengan lisan dan hati. Tingkatan dzikir akan menjadi lebih sempurna jika dilakukan dengan keduanya (lisan dan hati). Jika harus memilih diantara kedua hal tersebut, maka menurutnya lebih afdhol dilakukan dengan hati saja sesuai dengan sunnah Rosulullah s.a.w. Namun beliau masih berpegang teguh bahwa dzikir lebih utama dilakukan dengan keduanya, sebab dikhawatirkan akan muncul penyakit riya’ jika dilakukan dengan hati saja. Jadi, dzikir dengan hati dan lisan itu harus tetap dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah SWT. (Al-Adzkar: 6)
Dzikir dapat dilakukan dengan berbagai cara, dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun, baik dengan duduk, berdiri, ataupun berbaring, kecuali ditempat yang dilarang dan bernajis atau tidak sesuai dengan kesucian Allah, seperti di WC atau ketika orang sedang junub dan wanita sedang Haidh, ataupun orang yang sedang melakukan kemasiatan.Para ahli Hikmah berpendapat: Asma Allah atau Al-Quran itu setiap hurufnya mempunyai 'khadam' yang tersembunyi didalamnya yang suatu saat khadamnya dapat dipanggil dan diperintah oleh orang yang berdzikir. "Jangan engkau katakan "ALIF-LAM-MIM" satu rangkaian huruf akan tetapi Alif Lam Mim adalah Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf "Nabi menjelaskan bahwa setiap satu huruf Al-Qur'an yang dibaca mengandung pahala jika dibaca dengan benar, jika dibaca dengan salah maka Al-Qur'an tersebut malah mengutuknya.
Dzikir, menurut para ulama dapat dibedakan dalam tiga macam.
- Dzikir dengan lisan (dzikr bil al-lisan), yakni membaca atau mengucapkan kalimat-kalimat takbir, tasbih, tahlil dan lain sebagainya dengan bersuara.
- Dzikir dalam hati (dzikr bi al cjolb), yakni membaca atau mengucapkan kalimat-kalimat takbir, tasbih, tahlil dan lain sebagainya dengan membatin. Tanpa mengeluarkan suara. Sebagian ulama menafsirkan dzikir dalam hati ini, adalah bertafakkur (memikirkan/merenungi) berbagai ciptaan Allah SWT dan kenikmatannya dengan penuh keyakinan, dan perasaan tulus. Inilah dzikir yang dianjurkan oleh Rosulullah saw. Sebab itulah sebaik-baik dzikir kepada Allah SWT.
- Dzikir dengan panca indra atau anggota badan (dzikr bi al-jawarih), yakni menundukkan seluruh anggota badan kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan segala perintah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya.
Dengan berdzikir, seseorang akan semakin dekat
pada Allah sesuai dengan kadar dzikirnya pada Allah ‘Azza wa jalla. Semakin
ia lalai dari dzikir, maka ia pun akan semakin jauh dari-Nya. Orang yang
berdzikir akan semakin dekat dengan Allah dan bersama dengan-Nya, yakni
kebersamaan yang khusus, bukan hanya sekedar Allah itu bersama dalam arti
mengetahui atau meliputi hamba-Nya. Namun kebersamaan ini menjadikan lebih
dekat, mendapatkan perwalian, cinta, pertolongan dan taufik dari Allah.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, yang artinya:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam
dan siang, itu semua adalah tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang
mempunyai pemikiran -yakni suka menggunakan akal fikirannya-. (yaitu)
orang-orang yang suka berdzikir kepada Allah, baik sambil berdiri atau duduk
ataupun dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka." (QS. Ali Imran : 190-191).
__________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar